Kamis, 04 Mei 2017

Wilhelm Wundt dan Titchener (Duo Tokoh Psikologi Terketjeh!)



A.    BIOGRAFI WUNDT DAN TITCHENER

BIOGRAFI WILHELM WUNDT

Wilhelm Wundt merupakan ilmuan dalam bidang kedokteran, psikologi, filsafat, sosiologi, fisiologi, dan ahli hukum, lahir tanggal 16 Agustus 1832 di Neckarau, Baden, Jerman dari pasangan Maximilian Wundt dan Marie Frederike nee Arnold, dan meninggal pada tahun 1920. Ia berasal dari keluarga intelektual dan ayahnya merupakan seorang pendeta. Ia mendapatkan gelar sarjana dan doktoralnya di Universitas Heidelberg dalam bidang bidang kedokteran. Ia juga memeperoleh gelar sarjana hukum di Universitas Berlin.
Awal karirnya adalah sebagai pengajar ilmu fifiologi di Universitas Heidelberg. Kemudian ia dipindahkan ke laboratorium Helmhotz, dan disini ia menulis bukunya yang berjudul “Beitrage Zur Theorie Der Sines Wahrnemung” (Persepsi yang Mempengaruhi Kesadaran) serta mulai muncul pemikiran bahwa psikologi merupakan disiplin ilmu yang mandiri. Tahun 1873, ia menerbitkan buku “Grund zuge der Psysiologichen Psychologie” (Dasar Fisiologis dari Gejala-Gejala Psikologi). Ini mengidikasikan ketertarikannya terhadap ilmu psikologi. Setelah itu ia pindah ke Universitas Leipzig dan menjadi profesor filsafat disana. Disinilah cikal bakal munculnya psikologi sebagai disiplin ilmu mandiri (psikologi modern) dengan didirikannya laboratorium psikologi yang pertama oleh Wundt. Karena hal ini pula ia dianggap sebagai bapak psikologi eksperimental dan dijuluki bapak psikologi modern hingga sekarang. Dalam memandang psikologi, ia membagi psikologi dalam dua bidang, yaitu:
·         Individual psychology (psikologi individu), menyelidiki proses mental yang rendah, seperti penginderaan dan perasaan dan proses mental yang tinggi, seperti berpikir dan belajar.
·         Volker psychology (psikologi), menyelidiki gejala kejiwaan pada sekelompok orang.
Sedangkan paham psikologi yang dikembangkan Wundt adalah paham strukturalisme, yaitu studi analisis tentang struktur pikiran melalui introspeksi yang terkontrol dan focus pada unsure-unsur dasar yang membentuk pikiran. Wundt berpendapat bahwa gejala psikis yang kompleks sebenarnya adalah struktur yang terdiri atas keadaan mental yang sederhana. Ia juga berpendapat jika psikologi strukturalisme memiliki tujuan sebagai berikut:
1.      Menggambarkan komponen-komponen kesadaran sebagai elemen-elemen dasar.
2.      Menggambarkan kombinasi kesadaran sebagai elemen-elemen dasar tersebut.
3.      Menjelaskan hubungan elemen-elemen kesadaran dengan sistem saraf.
Setelah Wundt meninggal, penelitiannya pun dilanjutkan oleh Titchener.



BIOGRAFI EDWARD BRADFORD TITCHENER
Lahir di Chichester, Inggris, 11 Januari 1867 – dari pasangan John Titchener dan Alice Field Habin – dan meninggal pada tanggal 3 Agustus 1927 di Ithaca, New York. Keluarganya merupakan keluarga pendeta, dan pada awalnya ia pun dipersiapkan untuk menjadi seorang pendeta. Tahun 1885, ia mendapatkan beasiswa di Universitas Oxford dan lulus dengan gelar sarjana filsafat. Selama di Oxford ia mulai membaca buku-buku karangan Wundt, ia bahkan menerjemahkan buku Wundt yang berjudul “Grund zuge der Psysiologichen Psychologie” (Dasar Fisiologis dari Gejala-Gejala Psikologi) dari bahasa Jerman ke bahasa Inggris. Setelah menamatkan kuliahnya di Oxford pada tahun 1980, ia pun pergi ke Jerman untuk melanjutkan studinya di Universitas Leipzig dan belajar kepada Wundt. Lalu ia mengajar filsafat dan psikologi di Universitas Cornell pada tahun 1892. Ia juga mengembangkan laboratorium psikologi. Sebagai murid Wundt, ia menganut paham strukturalisme. Namun ia juga tidak sepenuhnya sependapat dengan Wundt, hal ini ia tuangkan dalam bukunya yang berjudul Experimental Psychology, ia menegaskan definisi eksperimen menurut Wundt yang menentang eksperimen yang dilakukan terhadap hewan, orang-orang abnormal, dan anak-anak, padahal eksperimen-eksperimen seperti ini yang justru akan dilakukan penganut paham fungsionalisme. Titchener juga berpendapat bahwa hanya ada satu pasang kutub emosi, yaitu “lust-unlust”. Dan dua pasang kutub yang lain dikembalikan paad lust-unlust.



B.     REVIEW PSYCHOLOGY: AN INTRODUCTION HAL. 13

WUNDT AND TITCHENER: THE STRUCTURE OF THE MIND

Wilhelm Wundt adalah seorang professor biologi yang tertarik pada bidang kesadaran manusia dan budaya. Ia menggunakan metode keilmuan yang dipakai ilmuan lain dan mengaplikasikannya untuk meneliti tentang kesadaran manusia. Penelitian ini akhirnya diambil alih oleh muridnya, Edward Bradford Titchener. Ia ingin mengidentifikasi elemen-elemen dasar  dari kesadaran menggunakan metode introspeksi, yaitu proses memandang terhadap pemikiran diri sendiri yang disadari. Mereka berdua secara hati-hati mengamati isi dari pemikiran mereka sendiri seakurat mungkin dan menghilangkan aspek emosi untuk memisahkan elemen-elemen dasar dari pikiran.
Dalam buku ini digambarkan yang dinamakan introspeksi adalah ketika seseorang memasukkan potongan apel ke dalam mulut kita lalu kita menyebutkan sensasi dalam pikiran kita terhadap stimulus tersebut, seperti rasa asam,  tekstur yang renyah dan berair. Hal inilah yang disebut introspeksi, mendeskripsikan konten dasar dari pemikiran kita.
Wundt dan Titchener disebut sebagai strukturalis, karena mereka berdua meneliti elemen dasar dari pemikiran dan bagaimana pemikiran tersebut tersusun.



C.     REVIEW PSYCHOLOGY’S INTELLECTUAL ROOTS

Dalam memahami dirinya sendiri, manusia membutuhkan pencarian yang panjang. Terdapat dua pendapat terhadap isu mind-body problem, yaitu:
1)      Mind-body dualism – yang banyak dianut filsuf pada era awal – yang percaya bahwa pikiran  adalah kesatuan spiritual, bukan subjek aturan-aturan fisik yang mengontrol tubuh. Akan tetapi jika pikiran tidak diatur oleh hal-hal fisik, bagaimana mungkin pikiran menyadari sensasi pada tubuh, dan bagaimana mungkin pikiran-pikiran dapat mengontrol fungsi-fungsi tubuh?
Rene Descrates, filsuf, matematikawan, ilmuan asal Perancis berpendapat jika pikiran dan tubuh saling berinteraksi melalui kelenjar pineal yang berukuran sangat kecil di dalam otak. Namun ia tetap  berpegang bahwa pikiran meruapakan spiritual, kesatuan non-material.
2)      Monism, yang mempercayai bahwa pikiran dan tubuh adalah satu kesatuan dan bahwa pikiran bukanlah kesatuan spiritual yang terpisah. Penganut paham ini berpendapat jika kejadian-kejadian mental merupakan produk dari kejadian-kejadian fisik di dalam otak. Paham ini membantu membangun psikologi karena monism menegaskan bahwa pikiran dapat dipelajari dengan mengukur proses-proses fisik di dalam otak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan para peneliti dari Eropa yang menstimulasi otak hewan di laboratorium binatang menggunakan aliran listrik, lalu memetakan area permukaaan yang mengontrol berbagai pergerakan tubuh dan hasilnya jika terdapat kerusakan di salah satu area otak, maka akan mempengaruhi berbagai perilaku, misalnya jika bagian otak kiri terdapat kerusakan, maka akan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berbicara.
Kemudian saat muncul teori yang dikemukakan Charles Darwin mengenai evolusi manusia yang menggemparkan dan bertentangan dengan kepercayaan filsafat dan agama. Secara lebih jauh lagi, teori ini menegaskan bahwa ilmuan dapat meningkatkan pengetahuan tentang perilaku manusia dengan cara mempelajari spesies yang lain. Lalu pada akhir abad 19, muncullah dorongan lahirnya ilmu psikologi.


DAFAR PUSTAKA

Irawan, Eka Nova. 2015. Buku Pintar Pemikiran Tokoh-Tokoh Psikologi. Yogyakarta: IRCiSoD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar